19 Februari 2008

Antara Dara dan Jelitha

“Ya gitu… dia sekarang ngejalanin pelatihan basket selama 2 minggu di Surabaya. Padahal ketemu baru kemarin pas pamitan, tapi rasanya kayak kehilangan orang yang udah berada di dekat kita lama banget. “, curhatku kepada Litha.
“Emm… cowok yang aku ceritain itu juga lolos seleksi lho. Cowok kamu itu namanya siapa kemarin??”, responnya sembari mengedit hasil wawancara dengan Kepsek.
“Namanya itu Atta, oh… cowok yang mau kamu kenalan ke aku itu ya ?”, tebakku.
“Yup !!! Bener banget ‘My Friendship, My Soulmate’. Kayaknya mereka bakal jadi temen kayak kita deh.”, aku hanya mengangguk tanda mengiyakan perkataannya.
“Ya ampun Ra !!! Setengah jam lagi aku kan harus mengikuti bimbel. Ini kamu selesain ngeditnya ya, aku balik duluan.”, ujarnya sambil membereskan barang.
“Cippzzz… Tenang aja, serahin sama miss Dara”
“Ya udah thank’s banget yach. Bye…”


“Ya gitu… dia sekarang ngejalanin pelatihan basket selama 2 minggu di Surabaya. Padahal ketemu baru kemarin pas pamitan, tapi rasanya kayak kehilangan orang yang udah berada di dekat kita lama banget. “, curhatku kepada Litha.
“Emm… cowok yang aku ceritain itu juga lolos seleksi lho. Cowok kamu itu namanya siapa kemarin??”, responnya sembari mengedit hasil wawancara dengan Kepsek.
“Namanya itu Atta, oh… cowok yang mau kamu kenalan ke aku itu ya ?”, tebakku.
“Yup !!! Bener banget ‘My Friendship, My Soulmate’. Kayaknya mereka bakal jadi temen kayak kita deh.”, aku hanya mengangguk tanda mengiyakan perkataannya.
“Ya ampun Ra !!! Setengah jam lagi aku kan harus mengikuti bimbel. Ini kamu selesain ngeditnya ya, aku balik duluan.”, ujarnya sambil membereskan barang.
“Cippzzz… Tenang aja, serahin sama miss Dara”
“Ya udah thank’s banget yach. Bye…”

Aku pun melanjutkan mengedit hasil wawancara. Tapi ketika kulihat di meja ada sesuatu, mataku langsung tertarik untuk melihatnya. Ternyata… sebuah diary pink. Aku bermaksud untuk mengetahui diary ini milik siapa. Lalu aku buka covernya, disamping sebuah foto tertulis ‘Jelitha Puri Andraini’. Yah nggak salah lagi ini diary milik Litha. “Sebaiknya aku simpan saja”, gumamku.
Tapi rasa penasaran terus mengusik dan mengantarkanku membuka lembar demi lembar. Hingga aku tersentak ketika di salah satu lembar itu tertempel foto Atta. Ya Tuhan… betapa kagetnya aku. Apalagi ketika aku melihat di dekat foto itu tertulis ‘Nifha Putra Antara’. Yah nggak salah lagi itu namanya panjang Atta. Hatiku semakin tersayat ketika aku membaca tulisan ‘My Friendship, MY Soulmate’. Ternyata cowok yang selama ini Litha ceritakan adalah Atta. Begitu bodohnya aku sampai dibohongi oleh seorang cowok temanku sendiri. Aku semakin terpukul saat melihat foto mereka berdua saling merangkul. Aku terus membaca lembar demi lembar diary itu hingga aku tercengang oleh suara yang memanggilku.

“Ra… kamu nggak pulang ?? Ini kan udah sore.”. Ternyata itu suara Randy. Aku sangat kaget dan langsung aja aku masukin diary itu ke dalam tas.
“Iya Ran ini juga aku mau pulang…”, jawabku sambil berkemas-kemas dan kemudian kutinggalkan Randy.

* * *

Semenjak saat itu aku bingung, aku merasa tidak enak dan aneh ketika bertemu Litha. Hampir saja aku mundur dan memilih teman daripada kebahagianku. Tapi Randy selalu memberi semangat agar tetap maju. “Nggak boleh nyerah, kalau nyerah berarti kamu bukan Dara temanku”, itulah kata-kata yang aku ingat.
“Dara kok bengong ? Akhir-akhir ini kamu kok jarang nongol di markas sih ?”, tanya Litha yang mengagetkanku.
“Eh… nggak ada apa-apa kok Tha”, jawabku gugup.
“Nggak mungkin, biasanya juga kamu paling rame”.

Tanpa pikir panjang aku langsung menarik Litha keluar, mungkin benar yang dikatakan Amel. Aku harus menjelaskan semua ini sebelum hal yang lebih buruk terjadi.

“Aku mau ngomong sesuatu sama kamu Tha”.
“Aduh apaan sih Ra ? kok pake keluar dari markas segala”.

Aku pun mulai menjelaskan semuanya dengan perasaan yang campur aduk dan hati yang deg-degan. Namun belum selesai aku menjelaskan semua, dia sudah menyela.

“Aku nggak nyangka Ra, ternyata kamu memukul temen kamu sendiri dari belakang”.
“Nggak Tha, ini nggak seperti yang kamu kira…”.
“Alah nggak usah ngeles, selama ini kamu ndeketin aku cuma mau manfaatin aku untuk mendapatkan info tentang Antara. Aku nggak nyangka Ra. Oke kalau ini yang kamu mau, mulai sekarang kita bersaing !”, ucapnya bak petir di siang bolong.

Aku kira setelah menjelaskan kepada Litha, semuanya akan jelas dan keadaan pun tidak seperti ini. Namun sebaliknya, semuanya kacau. Sebenarnya aku sudah merelakan Atta untuknya tapi apa yang ia katakan membuat niatku berubah.
Sejak itu ia selalu memberi isyarat aku untuk bersaing. Mulai dari penampilan, kepandaian, dan kreatifitas serta kontribusi di mading.

* * *

Ini saat yang tepat untuk membicarakan semuanya pada Atta. Setelah 2 mingguan tidak saling kontak, kini kita bisa bertemu.
“Ternyata seperti itu perasaannya padaku”, ujarnya.
“Udahlah Ta kamu nggak usah boong, ngaku aja !! Aku sudah cukup tersakiti”.
“Tapi ini nggak seperti yang kamu bayangan, sayangku padanya hanya sebatas sayang kepada sahabat”.
Atta terus memberikanku penjelasan dan sedikit bukti yang meyakinkanku akan kesungguhannya.
“Baiklah mungkin ini saatnya ini semua diakhiri. Besok kutunggu di Pelangi Cafe sepulang sekolah”, kata Atta yang beranjak dan meninggalkanku.

* * *

Siang itu aku langsung bergegas ke Pelangi Café yang hanya berjarak sekitar 500 meter dari sekolahku. Disana aku sudah melihat Atta dan Litha asyik ngobrol. Langsung aja aku nyamperin mereka. Belum sempat aku menyapa, Litha memberiku sambutan sengit.
“Eh… penjilat, ngapain kau disini ?”, ucapnya sadis.
Aku nggak nyangka wajah innocentnya seketika bisa berubah beringas seperti itu.
“Litha udah.. aku yang nyuruh Dara kesini. Duduk Ra !!”, ujar Atta bijaksana.
Kami bertiga saling menjelaskan satu sama lain.
“Jadi maafin aku Tha, selama ini kamu sudah salah menafsirkan perhatianku ini. Aku sayang sama kamu sebagai sahabat. Dan aku sangat mencintai Dara, kuharap kau bisa mengerti !”, tutur Atta sambil memeluk Litha.
“Kamu jahat Antara.. kenapa kamu nggak bisa mencintaiku padahal aku sangat cinta sama kamu”, ucapnya disela isak tangis.
“Ini nggak seperti yang kamu bayangkan, maafkan aku… Karena bagiku ‘Tak ada cinta setelah sahabat, tapi ada sahabat setelah cinta’.”.
Tak lama kemudian ada seorang pria dan seorang wanita yang menghampiri meja kami.
“Lho?? Mama?? Papa?? “, Litha tercengang.
“Litha, kini saatnya kamu tahu yang sebenarnya”, kata perempuan yang ternyata adalah mama Litha.
“Tahu apa ma? Apa sih maksud mama?”.
Mama Litha mulai bercerita.. Ya ampun ternyata Atta merupakan kakak Litha dari pernikahan mamanya dengan suami yang pertama. Karena Atta takut mengusik kebahagiaan Litha, ia mendekatinya dan memberikan perhatian bak sahabat.
“Namun jika yang terjadi seperti ini mungkin dulu mama memberi tahu kamu sejak awal nak”, tutur mama Litha lirih.
“Jahat….jahat. Ini semua nggak adil. Kenapa semua ini terjadi padaku??”, tanyanya histeris. Litha pun berlari keluar dengan tangisan. Atta berusaha mencegah dan akan mengejarnya.
“Sudah biar mama yang mengejarnya, sekarang kamu jelasin semuanya pada pacar kamu ini.”, pinta sang mama.
Sekarang aku mengerti, ternyata kedekatan dan rasa sayang yang diberikan Atta pada Litha adalah sebatas kakak dan adik. Atta nggak ingin merebut kebahagiaan sang adik, maka ia menggunakan cara ini. Sayangnya Litha salah paham dengan perhatian yang diberikan sama Atta. Tuhan… Dunia ini memang penuh misteri. Cerita Antara, aku dan Jelitha adalah sebagian misteri di dunia ini,


/Lampz/ edited by cosmo.

Tidak ada komentar: